Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar makin meluas di sejumlah daerah. Organisasi Angkutan Darat (Organda) Wonogiri pun mengeluh sulitnya mendapatkan solar. Kondisi ini mengancam membengkaknya biaya operasional karena pindah ke dexlite.
Ketua Organda Wonogiri Edi Purwanto mengatakan, kelangkaan solar sudah dirasakan sejak dua pekan lalu. Sejumlah angkutan barang sulit mendapatkan solar di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
“Susah dapat solar. Contohnya saja, mobil boks yang pakai freezer untuk mengangkut daging. Karena susah dapat solar terpaksa pakai dexlite. Apa tidak semakin berat? Padahal ongkos tetap,” kata Edi, Kamis kemarin (21/10).
Edi menuturkan, penggantian jenis BBM ini terpaksa harus dilakukan agar kendaraan tetap bisa berjalan. Pasalnya, ada yang membuat perjanjian bila barang kiriman membusuk, pengirim harus ganti rugi 200 persen.
“Mereka lebih baik rugi untuk beli dexlite daripada kena penalti konsumen 200 persen,” bebernya.
Edi menambahkan, bus juga kesulitan karena dibatasi dalam pengisian solar. Setiap bus dibatasi mengisi solar maksimal Rp 300 ribu di setiap pom bensin. Itupun tidak setiap SPBU memiliki stok solar. Alhasil, waktu perjalanan bagi penumpang jadi tak jelas karena bus perlu mencari SPBU yang memiliki solar. Waktu yang dibutuhkan untuk mengantre solar minim setengah jam dan bisa mencapai satu jam.
Menurut dia, banyak bidang sedang mencoba bergerak disaat sejumlah pelonggaran dilakukan. Tapi kelangkaan solar malah menjadi kendala yang menurutnya bisa berdampak luas.
Baca Juga :
Woww, Jepara Akan Segera Gelar Event Akbar Grasstrack dan Motocross
“Kasihan yang mengirim dalam bentuk frozen itu. Ini tadi saya di pasar juga disambati sopir kalau nggak bisa dapat solar. Dampaknya bisa kemana-mana, apalagi yang pakai alat dengan bahan bakar solar,” tegas dia.
Baca Juga :
Jebol Pintu, 3 Laptop Kantor Kelurahan Kunden Blora Digasak Maling
Menurut Edi, ada kebijakan yang kurang tepat dalam pembagian solar. Informasi yang dia dapat, kebutuhan solar meningkat usai dilonggarkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dengan meningkatnya mobilitas masyarakat. Namun, dia tak sepakat dengan hal itu. Menurut dia, kuota solar yang dikirimkan ke SPBU berkurang.
Baca Juga :
Inilah 13 Media Online Nasional yang Populer di Indonesia yang Wajib Anda Ketahui
“Kalau kuotanya sama, saya kira nggak ada kelangkaan solar. Pasokannya berkurang, alasannya karena jatah subsidi menipis. Kalau jatah subsidi menipis seharusnya kan ada hitung-hitungan sejak jauh-jauh hari supaya tidak terjadi kelangkaan,” bebernya.
Public Relations, Inilah List Media Online Nasional di Indonesia yang Anda Butuhkan
Pihaknya berharap, pemerintah bisa mengendalikan masalah kelangkaan solar. Kuota BBM bersubsidi ini diharapkan bisa normal kembali mengingat vitalnya bahan bakar tersebut.
Baca Juga :
Awas Modus, Inilah Cerita Pengakuan Mantan Pegawai PINJAMAN ONLINE
Keluhan sama sebelumnya terjadi di Sragen. Kendaraan berbahan bahar solar terpaksa harus antre lama di SPBU demi mengisi bahan bakar. Itu pun stoknya terbatas. Petugas SPBU Nglangon Budi Harsono menyampaikan sisa kuota sampai tiga bulan terakhir tinggal 1.574. Salah satu langkah yang dilakukan yakni dengan sistem delivery order (DO) agar bisa mencukupi sampai Desember.
Situasi ini juga berdampak untuk kebutuhan konsumen diluar transportasi. Seperti kebutuhan untuk pertanian di Sragen. ”Oktober ini memasuki panen raya, sehingga banyak yang membutuhkan solar. Seperti untuk selepan padi, combine, traktor dan angkutan. Nanti November-Desember berkurang karena masa tanam pada saat musim penghujan,” ujarnya.***
Tag :