Perajin dan penjual tahu tempe di Jepara menggelar aksi mogok jualan selama dua hari, sejak Jumat hingga Sabtu (12/3). Hal itu dilakukan akibat imbas dari kenaikan harga bahan baku kedelai.
Sebelum naik, harga kedelai per kilogramnya sekitar Rp 9 ribu. Namun, per kemarin harganya sudah mencapai Rp 12,7 ribu. ”Kurang sedikit lagi mencapai Rp 13 ribu,” terang Ketua Paguyuban Perajin Tempe Tahu Jepara Risyanto, 55, kemarin.
Padahal, di samping itu juga masih perlu lagi biaya untuk kegiatan produksi. Dengan adanya aksi mogok jualan itu, pihaknya berharap konsumen jadi paham bahwa memang kenaikan harga bahan baku berpengaruh dalam produksi tahu dan tempe.
Ia menerangkan, bila dengan situasi saat ini dirinya terus berjualan juga bisa. Dengan berinovasi merubah ukuran tempe atau jadi lebih kecil. Hanya saja, hal itu akan memberi permasalahan baru dalam hal pemasaran.
Oleh sebab itu dengan aksi mogok berjualan itu Risyanto berharap pemerintah memerhatikan nasib para pengrajin dan penjual tahu dan tempe. Bisa dalam bentuk menstabilkan harga bahan baku produksi berupa kedelai. Pasalnya, dalam sekali produksi Risyanto memerlukan 1,25 kwintal kedelai.
Aksi mogok berjualan tersebut ia tegaskan hanya dalam dua hari. Pesertanya ada di tiga pasar. Yaitu Pasar Jepara 2, Pasar Ngabul, dan Pasar Margoyoso. ”Mulai Minggu, kami sudah berjualan lagi,” tegasnya.
Baca juga :
Lupa Bawa Dompet Saat Razia, Apakah Boleh Tunjukkan Foto SIM dan STNK di Ponsel?
Adanya aksi mogok berjualan tersebut dibenarkan oleh Kepala Pasar Jepara 2 Budi Purwanto. Total ada sekitar 63 pedagang tahu dan tempe di Pasar Jepara 2 yang turut serta dalam aksi mogok berjualan tersebut.
Sumber: Radarkudus.