Inilah cerita rakyat Jawa tengah dan asal-usul seni ukir Jepara perlu diketahui lebih luas oleh masyarakat sebagai wawasan baru. Kota Jepara dikenal dengan seni ukirnya.
Baca juga :
Ditinggal Kerja di Jepang, Seorang Istri Selingkuh dengan Oknum Polisi dan Ada Videonya di Pati
Hampir semua kecamatan di Jepara memiliki sentra seni ukir. Seni ukir Jepara sudah dikenal di kancah internasional. Tidak hanya dalam bentuk patung, hiasan-hiasan dinding, namun juga dalam bentuk furniture.
Tanggul Sungai Dawe Kudus Jebol, Puluhan Rumah Terendam Banjir
Sentra-sentra ukir di Jepara yang dikenal di luar negeri antara lain, seperti sentra ukir Kecamatan Tahunan, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Bangsri, dan Kecamatan Jepara. Untuk lebih lengkapnya, di bawah ini terdapat cerita rakyat Jawa Tengah asal-usul seni ukir Jepara.
Baca juga :
Inilah Hasil Demo Buruh Pabrik, Akan Diusulkan Bupati Jepara
Konon pada masa Kerajaan Majapahitdipimpin Prabu Brawijaya kondisinya tentram dan makmur. Prabu Brawijaya adalah raja yang bijaksana nan arif. Dia sangat mencintai dan melindungi rakyatnya. Ini dibuktikan dengan berkembangnya seni di wilayah kerajaannya. Ketentraman dan kemakmuran kerajaan didukung permaisurinya yang cantik jelita.
Baca juga :
Akhirnya Tertangkap, Inilah Tampang Begal Payudara yang Kerap Resahkan Warga Klaten
Prabu Brawijaya sangat mencintai dan mengagumi permaisurinya. Sebagai ungakapan rasa cintanya, beliau ingin mengabadikannya dalam sebuah lukisan.
Baca juga :
Cerita Ngakak Mbah Darmo Saat Pasang Gigi Palsu
Kelanjutan dari cerita rakyat Jawa Tengah asal-usul seni ukir Jepara, saat itu di Kerjaan Majapahit hiduplah seorang seniman besar bernama Prabangkara. Lukisannya indah dan populer hingga seluruh nusantara. Kepopulerannya didengar hingga telinga Prabu Brawijaya. Suatu hari Prabu Brawijaya mendatangi Prabangkara dan gayung pun bersambut.
Anda Suka Lupa, Inilah 17 Makanan Penambah Daya Ingat
“Prabangkara, saya sudah mendengar kebesaranmu di seluruh antero negeri ini. Saya juga mendapat laporan dari prajurit-prajurit bahwa engkaulah satu-satunya pelukis terkenal di negeri ini,” titah Prabu Brawijaya.
“Terima kasih Baginda atas sanjungan yang hamba terima, hamba siap menerima apapun titah dan perintah Baginda,” jawab Prabangkara.
“Benar hambaku, saya hendak mewujudkan rasa cinta dan kagum pada permaisuriku. Karena itu saya perintahkan kepadamu untuk membuat lukisan permaisuri seindah mungkin,” perintah Prabu Brawijaya.
“Baik Baginda. Hamba siap melaksanakan titah Baginda,” jawab Prabangkara.
Kemudian kelanjutan cerita rakyat Jawa Tengah asal-usul seni ukir Jepara, setelah menerima titah Sang Raja, Prabangkara melakukan persiapan. Sebelum melaksanakan perintah itu, Prabangka melakukan lelaku sebagai langkah awal. Lelaku itu berupa puasa tujuh hari, mutih atau makan tanpa rasa, ngrowot atau hanya makan buah-buahan, dan mendem atau makan makanan yang berasal dari tanah atau umbi-umbian. Setelah selesai melakukan lelaku, Prabangkara mulai melukis Sang Permaisuri.
Bagian per bagian tubuh permaisuri dilukis di atas kanvas yang ada. Dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga, ia menyelesaikan lukisan itu. Setelah selesai, lukisan itu masih dilihat dan disempurnakan kembali supaya kelak Prabu Brawijaya puas dan bahagia menerimanya.
Saat Prabangkara sedang memperahatikan dan mengagumi lukisan Permaisuri tanpa busana yang dilukisnya, tiba-tiba tangan Prabangkara menyenggol alat lukisnya. Alat itu mengenai bagian tertentu dari lukisan dan meninggalkan noda.
Noda itu berusaha ia bersihkan namun tidak bisa hilang. Noda tersebut masih samar dan karena waktu yang terbatas, ia pun pasrah dan menyerahkan lukisan tersebut. Pada waktu yang sudah ditentukan Prabangkara menghadap Raja, Prabu Brawijaya sangat senang karena lukisannya indah dan persis seperti Sang Permaisuri.
Namun saat beliau sedang melihat lebih detail, tiba-tiba raut muka Prabu Brawijaya berubah. Wajah yang semula cerah menjadi merah padam. Hal itu mengagetkan semua yang hadir di tempat itu.
Kesempurnaan hasil lukisan Prabangkara membuat membuat Prabu Brawijaya curiga. Sebab lukisan permaisuri sangat sempurna, termasuk tanda kahir atau tanda alami yang ada di bagian tubuh permaisuri yang sangat rahasia.
Dengan segala upaya, Prabangkara menjelaskan bahwa hal tersebut tidak disengaja. Namun Prabu Brawijaya tetap bersikeras tidak mempercayainya.
Menuju akhir cerita cerita rakyat Jawa Tengah asal-usul seni ukir Jepara, Sang Raja murka kepada Prabangkara. Raja kemudian memerintah prajuritnya untuk mengikat Prabangkara beserta alat lukisnya pada sebuah layang-layang besar. Layang-layang lalu dinaikkan ke langit dan setelah tinggi diputuskanlah tali layang-layang tersebut.
Dalam keadaan melayang-layang tanpa tali ikatan, pahat Prabangkara jatuh di sebuah daerah yang sekarang dikenal dengan Desa Mulyoharjo. Kawasan ini menjadi pusat sentra ukir dan dikenal dengan ukiran macan kurungnya.
Demikian cerita rakyat Jawa Tengah asal-usul seni ukir Jepara yang kisahnya dapat menghibur. Ternyata menurut cerita rakyat, kemunculan seni ukir di Jepara disebabkan karena jatuhnya pahat Prabangkara.***
Tag :