(foto Herry Wirawan dilansir dari berbagai sumber)
InilahBean.com - Bandung,
Guru bernama Herry Wirawan merudapaksa yang bertambah hingga total 21 santriwati di pesantrennya di Bandung, Jawa Barat. Kuasa hukum para korban, Yudi Kurnia, mengungkapkan fakta baru. Yudi mendapatkan pengakuan itu langsung dari para korban, Minggu (12/12/2021)
Baca juga :
Menurut korban, pelaku biasanya membisiki telinganya, seperti melakukan hipnotis saat hendak melaksanakan niat kejinya.
“Ada bisikan ke telinga korban dari pelaku setiap mau melakukan itu," ujar Yudi.
Akibatnya, para korban yang awalnya menolak, jadi mengikuti kemauan pelaku.
Yudi menyebut pelaku biasanya membisikkan sesuatu dekat dengan telinga korban. Kalau menurut keterangan dari anak-anak. Mereka itu awalnya menolak, tapi setelah si pelaku itu memberikan bisikan di telinga, korban jadi mau, kata Yudi.
Ia menambahkan, hal itu juga yang membuat para korban tidak melaporkan kekejian Herry Wirawan.
Baca juga :
"Korban juga seakan tidak mau melaporkan perbuatan pelaku ke orang tuanya, padahal dia setiap tahun pulang kampung," tutur Yudi.
Seperti diketahui, guru pesantren asal Bandung yang bernama Herry Wirawan (36) merudapaksa 21 santriwati di yayasan miliknya.
Akibat kekejian pelaku, para korban hamil dan melahirkan 10 orang anak. Salah seorang santriwati bahkan sudah memiliki dua anak di usia 14 tahun. Dari seluruh korban, 11 anak di antaranya berasal dari Garut dan sedang mendapatkan pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut.
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat juga tengah menyelidiki temuan baru, di antaranya dugaan penyelewengan dana bantuan untuk pesantren yang dilakukan pelaku.
Kasus pemerkosaan santriwati itu pertama kali dilaporkan kepada kepolisian pada pertengahan 2021.
Namun, kasus ini baru diketahui publik ketika sidang ketujuh dengan agenda mendengar keterangan saksi di Pengadilan Negeri Bandung, Selasa (7/12/2021) lalu.
Inilah Sosok Herry Wirawan
Herry Wirawan lahir di Garut, 19 Mei 1985, dan sudah berstatus menikah. Ia berprofesi sebagai tenaga pengajar atau guru dan bekerja di Yayasan Manarul Huda, Antapani, Bandung.
Selain itu, ia juga menjadi pengasuh Pondok Tahfidz Al Ikhlas dan mengajar di Pesantren Tahfidz Madani. Dalam akun Facebook miliknya, ia menuliskan riwayat pendidikannya.
Herry telah menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Islam Nusantara jurusan Pendidikan Agama. Kemudian, ia juga mencantumkan pendidikan S2 di Universitas yang sama jurusan Admininstrasi.
Baca juga :
Sementara itu, sempat beredar surat keterangan domisili dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung yang mencantumkan tempat tinggal Herry di Dago Biru, Bandung.
Namun, berdasarkan penelusuran wartawan ia tak tinggal lagi di sana. Hal ini diungkapkan oleh seorang warga di RW 04, Dago Biru, Ashari (61).
"Sudah lama dia enggak ada di sini. Lupa sejak kapan, tapi sudah lama sekali," ujarnya, Kamis (9/12/2021).
Menurut Ashari, Herry sering belanja ke tempat jualannya dan terlihat sebagai sosok pendiam hingga terkadang bersikap tak acuh.
"Dia pernah ngajar di lembaga pendidikan sekitar sini, tapi sudah lama sekali, sekarang enggak tahu di mana tinggalnya," kata Ashari.
Baca juga :
Pencabulan di Pesantren Tasikmalaya
Selain di Bandung, kasus kejahatan seksual juga terjadi di pesantren daerah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Hal ini berdasarkan laporan korban pada Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya.
Pelaku adalah guru pesantren bernama Anwar Sidik yang mencabuli 9 santriwati berusia 15-17 tahun. Perbuatan pencabulan itu dilakukan di beberapa lokasi di tempat pendidikan, mulai dari tempat mengajar dan lingkungan pesantren saat lokasinya sepi.
KPAID Tasikmalaya kini telah melaporkan kasus pencabulan santriwati itu kepada Polres Tasikmalaya sambil mendampingi penyembuhan psikologis korban.***
Sumber: Tribunjabar.
Tag :