Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Inilah Kisah Rahmatika Paskibraka Nasional yang berasal dari Kendal

Jumat, 27 Agustus 2021 | Agustus 27, 2021 WIB Last Updated 2021-08-27T03:41:33Z
         (Rahmatika Hendrianabila)

InilahBean.com - Kendal, 

Rahmatika Hendrianabila, siswi asal SMA Negeri 1 Boja, Kendal memiliki kisah panjang menuju Istana Kemerdekaan Republik Indonesia. Perjuangannya menjadi satu di antara 2 perwakilan Paskibraka Jawa Tengah di tingkat naisonal membuat haru ibundanya.


Dara cantik 15 tahun ini mengungkapkan, sang ibunda Henti Septianti sempat menangis haru ketika menyambut kepulangan putrinya usai menunaikan tugas di Istana Kemerdekaan.



Katanya, air mata bahagia ibundanya merupakan bagian dari kebahagiaan atas capaiannya saat ini.



Karena untuk sampai di Istana Kemerdekaan Indonesia, Nabila melampaui perjuangan yang cukup panjang dari Desa Ngadibolo RT 1 RW 10, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal.



Mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, hingga melangkah ke tingkat nasional. Nabila bercerita, perjuangannya bermula dari bekal Paskibraka dan latihan baris ber baris di SMPN 1 Boja. Cita-citanya menjadi seorang Polwan mendorong Nabila terus mengembangkan bakatnya saat memasuki jenjang SMA.


"Saya pernah belajar (Paskibraka) sedikit di SMP. Kemudian masuk ke SMAN 1 Boja, belum sama sekali belajar tatap muka langsung di sekolah. Terus, saya tergerak ikut seleksi Paskibraka bersama teman-teman saya," terangnya di Boja, Kamis (26/8/2021).



Putri dari pasangan Budi Santoso dan Henti Septianti ini mendapat dukungan dari orangtua, sejumlah guru dan teman-temannya untuk seleksi Paskibraka. 


Nabila mulai berlatih sejak Juni 2021, dari latihan fisik hingga pengetahuan. Dara jebolan SD Muhammadiyah Boja ini bersaing dengan 3 temannya agar bisa lolos ke tingkat Provinsi Jawa Tengah.



Saat di sekolah, latihan fisik digenjot bersama teman seperjuangan. Ketika di rumah, Nabila belajar gerakan-gerakan menjadi Paskibraka melalui video tutorial dari internet dan wawasan kebangsaan. 


"Selama mengikuti seleksi, di rumah juga sering olahraga agar fisik juga siap. Jadi nanti mentalnya kuat, dan belajar pengetahuan materi untuk tes tertulisnya," tuturnya. 



Bersaing dengan 72 peserta lainnya, Nabila melenggang ke tingkat provinsi untuk bersaing dengan 74 peserta se Jateng. 



Dua hari satu malam ia mengikuti seleksi supper ketat di Kota Semarang. Berbagai upaya latihan terus ditingkatkan untuk menjadi yang terbaik. Mulai dari terpilih 5 besar, dan dipastikan lolos berangkat ke Istana Kemerdekaan. 


"Di Jateng, saya masuk 5 besar. Pas di situ, pagi itu ya, tiba-tiba faceshield saya hilang. Bingung, saya minta tolong ke pembimbing saya karena di hari yang sama harus mengikuti seleksi siapa yang bakal berangkat mewakili Jawa Tengah," ceritanya.



Di tingkat provinsi, Nabila mengaku kesulitan mengikuti tes wawancara bidang kepribadian. Kategori seleksi di bidang itu menjadi bagian terberatnya untuk menjadi yang terbaik.



Hingga akhirnya, ia berangkat ke Jakarta pada 25 Juli untuk menjalani pemusatan latihan dan menunaikan tugasnya pada 17 Agustus 2021 saat Upacara Detik-detik Proklamasi Pengibaran Bendera Merah Putih di Istana Kemerdekaan.



Proses latihan di Jakarta dilakukan dengan protokol kesehatan supper ketat. Ia harus menjalani tes swab setiap 3 hari sekali. Termasuk saat memasuki Istana Kemerdekaan pada 14 Agustus. Setiap harinya mengikuti latihan lapangan selama 4 kali mulai pukul 07.00 - 15.00. Ditambah dengan materi online saat malam hari.




Antar peserta tidak diperkenankan saling ngobrol atau bercanda gurau agar tetap fokus hingga tugasnya selesai. "Semua yang dilakukan di sana teratur. Mulai makan latihan hingga istirahat. Awalnya deg-degan, kemudian mengalir begitu saja," ujarnya. 



Nabila mengaku nervous sehari menjelang tugasnya dilaksananakan. Pada malam 17 Agustus, ia tidak bisa tidur karena takut tidak bisa bangun pukul 01.00.



Katanya, semua peserta harus mengikuti make up sejak dini hari agar paginya sudah siap semua. Nabila pun diplot menjadi Tim A Pengibar Bendera bersama 33 teman lainnya. Nabila masuk di pasukan 17, berposisi di baris kedua dari depan. 




"Pengumuman pembawa baki Bendera Merah Putih pagi itu pukul 06.00. Langsung yang tim A pagi hari, dan tim B sore hari," tuturnya.



Ditanya soal perasaannya saat itu, Nabila tak bisa mengungkapkannya dalam kata-kata. Ia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Indonesia dan keluarganya dengan menjadi bagian dari tim Paskibraka nasional.


Dapat Pesan Khusus dari Orangtua

Sebelum pulang ke Jawa Tengah, Nabila mengaku beberapa kali mengikuti tes swab Covid-19. Dia pulang dari Jakarta pada 21 Agustus setelah menjalani beberapa hari karantina. Sebelum menunaikan tugasnya, Nabila mendapatkan pesan khusus dari orangtua.




Ia dikuatkan oleh kata-kata ibundanya agar tetap menjaga kesehatan selama bertugas. Selain itu, orangtuanya berpesan agar fokus pada apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab tim Paskibraka, tanpa harus memikirkan keluarga di Kendal sementara waktu.


Pesan itu selalu diingat Nabila untuk menampilkan kemampuan terbaiknya bersama 68 pelajar dari 34 provinsi di Indonesia. 



"Perasaan saat ini pasti lega. Saya juga gak nyangka dapat sambutan dari keluarga saya di SMAN 1 Boja. Saya pulang disambut kelurga, mamah nangis. Semoga ke depan bisa terus memberikan yang terbaik," harapnya.
×
Berita Terbaru Update